Upaya Hadapi Stereotip: Ipmawati Kalsel Gelar Diskusi Kritis


Martapura | Bidang Ipmawati Pimpinan Wilayah (PW) Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) Kalimantan Selatan (Kalsel) adakan diskusi Gender dan Isu Ipmawati dengan tema "Menghadapi Strereotip: Peran Perempuan dalam Kepemimpinan" di Kedai Lembah, Minggu (28 Juli 2024).

Tema tersebut diangkat karena peran perempuan dalam kepemimpinan sering terhalang oleh berbagai stereotip gender dalam masyarakat. Misalnya, dalam struktur kepemimpinan seperti menjadi ketua bidang atau dalam struktur kepanitiaan kegiatan, stereotip ini sering menghambat perempuan untuk mencapai posisi kepemimpinan.

Hal ini juga terjadi dalam organisasi Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM). Dalam konteks IPM, peran ipmawati (anggota perempuan IPM) sangat penting untuk diperhatikan dan diperkuat agar mereka dapat ikut serta membentuk masa depan organisasi yang lebih inklusif dan berkeadilan gender.

Adapun dalam diskusi tersebut membahas tentang lahirnya stereotip gender bermula di dalam keluarga di rumah, di mana orang tua secara turun temurun mengajarkan dan memberikan bentuk stereotip tersebut kepada anak-anak mereka. Hal ini terjadi karena nilai-nilai dan norma-norma yang diterapkan oleh orang tua dalam membesarkan anak-anak sering kali didasari oleh pandangan tradisional tentang peran gender. Misalnya, laki-laki diajarkan untuk menjadi kuat dan berani, sementara perempuan diajarkan untuk menjadi lembut dan pengasuh.

Stereotip gender juga berhubungan erat dengan konsep sex dan gender. Sex mengacu pada perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan, seperti organ reproduksi dan karakteristik fisik. Gender, di sisi lain, adalah konstruksi sosial yang mengacu pada peran, perilaku, dan atribut yang dianggap sesuai untuk laki-laki dan perempuan dalam suatu masyarakat.

Selain itu, stereotip gender juga mencakup perbedaan dalam tanggung jawab dan peran dalam organisasi serta struktur kepanitian. Misalnya, tanggung jawab yang dianggap "maskulin" seperti posisi ketua, atau koordinator perlengkapan yang sering kali didominasi oleh laki-laki, sementara peran yang dianggap "feminin" seperti divisi konsumsi, sekretaris, sering kali didominasi oleh perempuan.

Untuk menghindari ketidaksetaraan gender dalam organisasi perlu melakukan hal ini : 

1. Menurunkan Ekspektasi: Menghindari ekspektasi yang berlebihan terhadap perempuan dan memberikan mereka kesempatan yang adil untuk berkembang sesuai dengan kemampuan mereka.

2. Hati-Hati dalam Berkata: Menghindari bahasa atau komentar yang bisa memperkuat stereotip gender.

3. Adil dalam Tugas: Membagi tugas secara adil tanpa memandang gender, memastikan bahwa beban kerja seimbang antara laki-laki dan perempuan.

4. Aturan yang Adil: Menerapkan aturan dan kebijakan yang adil dan tidak diskriminatif terhadap perempuan.

5. Memberi Dukungan dan Kesempatan: Memberikan dukungan dan kesempatan yang sama kepada perempuan untuk berpartisipasi dan berkembang dalam organisasi.


(ed, Lembaga Media IPM Kalsel)

Posting Komentar

0 Komentar