Tak Perlu Uang tuk dapat Uang : Urgensi Kemandirian Pelajar di Ranah IPM



Oleh : Muhammad Syamsi Rizky

 "Ketua Bidang perkaderan PD IPM Banjar"

Di Zaman yang serba moderen ini, mencari penghasilan bukanlah suatu hal yang nampak sulit bagi sebagian orang. Seseorang bisa mendapat penghasilan, mulai dari bekerja sebagai Freelancer hingga membangun sebuah branding usaha sendiri yang bisa dikenal oleh jutaan orang di seluruh dunia. Tentunya dengan bantuan teknologi seperti Smartphone, laptop, dan Internet. Hal tersebut menjadi sangat mudah dilakukan. Ngomong-ngomong soal penghasilan nih, hari ini kita sering melihat remaja/anak muda yang masih berstatus sebagai pelajar/mahasiswa, bisa memproduksi dan menjual suatu barang, atau mungkin hanya ikut mendistribusikan barang milik orang lain dengan menjadi Reseller/Dropshipper. Andakah itu? Hehe. Mereka membuktikan bahwa untuk medapatkan penghasilan tidak harus menunggu saat dewasa dan bekerja di perushaan perusahaan besar, tetapi bisa sekarang dengan menjadi Wirausahawan muda yang giat dan kompeten.

Bagi teman-teman yang sudah mulai memulai usaha kecil kecilan pasti paham, kalau menjadi wirausaha muda adalah suatu hal yang sulit sekaligus menguntungkan. Sulit bagi teman-teman karena harus membagi waktu antara belajar di sekolah dengan menyusun strategi usaha dengan baik. Kemudian menguntungkan karena setiap hari bisa mendapat uang jajan tambahan, atau tabungan investasi masa depan. Percayalah, untuk menjadi wirausahawan muda anda tidak harus menjadi orang pintar untuk melakukan itu,  anda tidak harus mendapat peringkat satu dikelas agar bisa sukses berwirausaha, atau memiliki modal yang besar dulu untuk menjadi seorang wirausaha, dalam artian teman-teman bisa memulainya dari apa yang kita miliki sekarang.

Tak Perlu Uang untuk dapat Uang

Seorang sahabat Rasulullah, Abdurrahman bin Auf merupakan sahabat Rasulullah yang paling kaya, pedagang sukses, bahkan menjadi konglomerat dengan harta yang berlimpah di masa nabi. Dia termasuk ke dalam delapan orang pertama yang masuk islam dan juga dijamin surganya oleh Allah. Kala itu bersama Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam dan kaum muhajirin, beliau pergi hijrah ke madinah dengan meninggalkan seluruh hartanya di Makkah, bahkan istrinya pun ia tinggalkan di Makkah. Kemudian ketika sampai di madinah Rasul Sallallahu ‘alaihi wasallam mempersaudarakan Abdurrahman bin Auf dengan seorang Anshar bernama Sa’ad bin Rabi’. Sa’ad sendiri merupakan salah satu kaum Anshar yang paling kaya di madinah waktu itu. 

Dengan jiwa filantropisnya seorang Sa’ad bin Rabi’ kala itu juga beliau menawarkan separuh harta yang dimilikinya kepada Abdurrahman. “Sesungguhnya aku adalah orang yang paling banyak hartanya di kalangan Anshar. Ambillah separuh hartaku itu menjadi dua. Aku memiliki dua istri, maka pilihlah mana yang engkau pilih, agar aku bisa menceraikannya. Jika masa iddahnya sudah habis, maka kawiniah ia..” kata sa’ad. Kemudian Abdurrahman menjawab dengan santun “Terima kasih saudaraku, semoga Allah memberkahi bagimu dalam keluarga dan hartamu. Rasullulah mengajarkanku untuk hidup di atas kekuatan kakiku sendiri. Sekarang aku hanya ingin kau mengantarkanku ke pasar. Aku akan berdagang”.

Abdurrahman tidak serta merta menerima pemberian dari saudaranya dengan cuma-cuma, namun meminta Sa’ad  agar menunjukan lokasi pasar. Lalu Sa’ad pun mengantarkan Abdurrahman ke pasar, membeli barang kemudian menjualnya kembali sehingga dia mendapatkan keuntungan. Betapa luar bisanya semangat kemandirian seorang Abdurrahman bin Auf, padahal jika kita gambarkan kondisi beliau yang waktu itu miskin tanpa membawa sedikit harta pun. Beliau adalah seorang yang cerdas, dan memiliki semangat wirausaha yang tinggi. Jangan tanyakan dimana beliau mendapatkan uang untuk membeli barang awal, beliau adalah seorang yang ahli dalam bernegosiasi dan bekerja sama dengan orang lain, serta ahli dalam melakukan riset pasar, melihat trend saat itu agar dapat melakukan winning campaign dalam menjual produknya. Tanpa modal, hanya ilmu dan keahlian. Beliau adalah contoh yang cocok untuk para calon Wirausahawan muda saat ini.

Urgensi Kemandirian Pelajar di Ranah IPM 

IPM yang merupakan organisasi pelajar yang besar di indonesia tentunya tidak lepas usahanya dalam membahas tentang kemandirian Pelajar. Adanya bidang Pengembangan Kreativitas dan Kewirausahaan, adanya perilisan buku “We are Entrepeneur” sebagai panduan pelajar dalam berwirausaha, serta adanya Agenda Aksi Studentpreneur oleh Pimpinan Pusat IPM, dan lain sebagainya merupakan bukti nyata IPM dalam rangka upaya meningkatkan kemandirian pelajar Indonesia.

Yang jadi pertanyaan hari ini ialah, sudahkah kita sebagai kader-kader IPM di ranah daerah, cabang, hingga ranting, melaksanakan rangkaian program Studentpreneur ini dalam IPM? Sudahkah kita paham kalau ternyata setiap kegiatan itu memerlukan dana yang tidak sedikit? Kemudian tahukah kita dalam membangun pondasi usaha itu tidak bisa dilakukan dalam jangka waktu dekat? dengan kata lain harus menjadi program jangka panjang. 

Pertanyaan retorik tersebut harus kita pahami dengan kesadaran bahwa kemandirian pelajar itu penting. Sehingga nantinya akan sama-sama kita kolerasikan saat menyusun program IPM, kemudian dilaksanakan dan juga disertai dengan semangat Sociopreneur (menjalankan bisnis dengan fokus menciptakan dampak sosial bagi masyarakat). Sekali lagi kemandirian pelajar dalam bentuk wirausaha itu penting, sebagai bentuk upaya kita memajukan organisasi, agar kas kita tidak cepat habis, dan tentunya melatih kreativitas kita selagi muda.

  Contoh nyata yang bisa dilakukan IPM hari ini adalah membentuk komunitas-komunitas wirausaha, sharing tentang kewirausahaan, hingga mentoring dan membuat Branding bisnisnya sendiri ala pelajar. Tidak ada hal yang tidak mungkin, seorang sahabat Nabi Abdurrahman bin Auf mampu memulai bisnis dari nol, maka kita pun bisa,  jika kamu gagal maka kegagalanmu itu hanya bagian kecil dari kesuksesan yang lebih besar.


Editor : "ms" limkalsel


Posting Komentar

0 Komentar