Ku Menemukanmu #CeritaTarunaMelati3

Oleh : S.K Khairimay Zhafirah Rahman

Alumni Taruna Melati 3 IPM Kalimantan Selatan.

Tidak pernah tercetus dalam pikiran saya, saya seorang kader dari Pimpinan Daerah yang belum seumur jagung dan bahkan sampai saat ini tidak ada pergerakan. Mengikuti sebuah kegiatan bergengsi bagi saya yaitu, Pelatihan Kader Madya Taruna Melati 3. Terlebih lagi akhir-akhir ini saya salah satu dari banyak orang yang sangat-sangat sedang amat frustrasi dengan keadaan yang serba harus dionlinekan. Merasa sangat tidak pantas untuk saya bisa mengikuti kegiatan bergengsi ini. Dengan keadaan otak yang sedang tidak sinkron untuk mencerna sesuatu,  karena sudah terlalu lama di rumah saja dan  selalu bertatapan dengan laptop saja. Serta, dengan keilmuan saya mengenai KeIPMan dan Kemuhammadiyahan yang amat masih sangat cetek.

Situasi keadaan maju mundur untuk ikut kegiatan bergengsi itu, dan otak saya yang terlalu panjang berpikir tentang beberapa persyaratan serta tahapan seleksi yang tercantum dalam proposal yang disebar. Saya malah dikagetkan dengan timeline kegiatan, yang mana hari itu harusnya adalah hari pengumpulan karya. Singkat cerita dengan kekuatan sistem kebut semalam "a.k.a SKS" istilahnya, saya yang hari sebelumnya masih dalam keadaan maju mundur akhirnya memilih untuk maju dengan kekuatan Bismillah. 

Tibalah di mana tahap screening, tahap paling mendebarkan bagi saya, apalagi ketika H-1 dikirimkan kisi-kisinya di grup calon peserta. Semakin guguplah saya, belum lagi saya orang yang sulit memulai berinteraksi dengan orang lain ini harus memikirkan bagaimana saya menyapa kawan-kawan baru saya nanti. Semakin gugup, semakin cemaslah diri kader seperempat biji jagung ini. 

Gugup dan cemas saya terbayarkan dengan kenyataan yang ternyata tidak seburuk yang saya bayangkan. Bahkan sangat menyenangkan walau saya si orang sulit berinteraksi ini. Masih dalam tahap observasi, masih mengamati karakter-karakter kawan baru saya dan masih irit bicara hari itu. Dari siang menjelang sore di sebuah tempat, sampai malam hari  hingga berpindah tempat dengan terseok-seok menjawab pertanyaan. Kader seperempat biji jagung ini akhirnya bisa selesai melalui screening yang sudah sangat digugupkan dari awal. 

Lanjut pada tahap selajutnya Pra-TM. Disuguhkan dengan dua bekal materi yang sungguh rumit untuk dipahami. Tentang ontologi, epistimologi, serta filsafat yang sangat awam saya dengar. Selain itu saya berjumpa kawan yang pernah saya temui waktu semester pertama perkuliahan. Saat itu hampir saja saya tidak lulus karana begitu abstraknya itu untuk dimengerti. Jujur dimana saat itu sudah sangat terlupa.  Terbenak dalam pikiran “Wah, serumit inikah mau jadi kader madya,” Gugup dan cemas yang sempat hilang kini timbul kembali oleh bekal rumit ini. 

“Bisakah saya mengikuti enam hari kegiatan yang di awalnya saja serumit ini? Sanggupkah saya? Kayanya saya lebih baik mundur nih!” si overthinking didalam diri saya mulai bersahutan.

Singkat cerita sampailah kaki saya berpijak di sebuah wisma, tempat kegiatan bergengsi ini dilaksanakan. Disambut oleh kawan-kawan baru saya yang beberapa hari sebelumnya menjadi objek observasi saya dan kala itu masih dengan iritnya saya berbicara. hahaha!!! Malam ramah tamah, saya agak tercengang ternyata ada peserta yang datang jauh dari luar pulau demi kegiatan ini. Di kala pandemi seperti ini bukan perkara mudah dan murah untuk keluar pulau. Tetapi tetap dia ikuti. Woah, betapa merugi sekali saya kalau kemarin saya memilih mundur dari kegiatan ini. Tapi, si overthinking dalam diri saya kembali berkilah ketika mendengar pembicaraan kawan-kawan baru saya mengenai pengetahuan mereka tentang KeIPMan dan Kemuhammadiyahan yang sangat asing di telinga kader seperempat biji jagung ini. Saya dengarkan dengan seksama sambil sedikit menyeletukkan beberapa pertanyaan pada mereka dalam pembicaraan itu?

Al-islam agamaku, Muhammadiyah gerakanku….. 

Pelopor dan pelangsung, penyempurnya amanah….. 

Dinyanyikan oleh paduan suara dengan sangat hikmatnya pada acara pembukaan TM 3. Tidak pernah tidak merinding, suara bergetar sekaligus berkaca-kaca kedua mata saya ketika melafalkan lirik dua Mars itu. Sambutan-sambutan yang berisi harapan dari Ayahanda juga membuat saya merinding, mampukah saya? 

Baik, dari pada saya kembali menitikkan air mata, kita singkat saja ceritanya!

Dimulailah hari pertama dengan materi yang sangat saya takuti, yaitu Filsafat ilmu, ya yang rumitnya sudah saya ceritakan diatas. Boom, ternyata penjabaran mengenai filsafat ilmu bukan malah membuat bayangan saya semakin abstrak pada filsafat ilmu. Justru saya seperti teranggguk-angguk sendiri saat pemateri yang menjelaskan. Seperti, “oh ini toh yang dimakud dosen saya kala itu, oh kok saya baru mengerti ini di sini.” Di sana saya menyadari betapa pentingnya berpikir kritis. Apalagi sebagai pelajar yang berada dalam ikatan seperti saya dan kawan-kawan disini. 

Masuk pada materi ketiga Epistimologi Islam Berkemajuan, yang lagi-lagi jika saya kali itu memilih untuk mundur dari TM 3 saya benar-benar sangat merugi. Sebab, pemateri yang menyampaikan bukan orang sembarangan. Beliau seseorang yang mendapat gelar guru besar sebelum usia beliau 39 tahun, dan saat ini beliau duduk sebagai Rektor sebuah Universitas. 

Saya, sebagai kader Muhammadiyah secara biologis, yang tidak pernah bersekolah di sekolah Muhammadiyah, Sering mempertanyakan? kenapa Muhammadiyah begini? kenapa Muhammadiyah begitu? apa itu islam berkemajuan? kenapa banyak yang anti dengan Muhammadiyah? Bahkan anti dengan saya karna saya orang Muhammadiyah?

Secara terstruktur Profesor menjelaskan dengan terperinci satu demi satu beliau paparkan sampai terjawab semua pertanyaan-pertanyaan saya mengenai Muhammadiyah. Usai materi beliau, saya menuruni tangga menuju kamar. Saya sampai termenung sejenak. Saya yang kata orang warga Muhammadiyah baru saja tahu apa dan bagaimana Muhammadiyah itu! Saya seperti menemukan Muhammadiyah yang selama ini saya (cari) pertanyakan? dalam materi yang beliau sampaikan tadi. 

Tidak hanya termenung ditangga, beberapa kali saat makan pun saya juga masih termenung oleh materi Profesor tersebut. entahlah! isi materi yang beliau sampaikan begitu berkesan bagi saya. Dari sana saya terpikir, dengan saya mengetahui apa itu islam berkemajuan, saya bisa menceritakan secara singkat nantinya pada orang-orang yang sering bertanya sedikit agak sinis biasanya dengan saya. Bahwa Muhammadiyah bukanlah sebuah agama, seperti yang mereka sangka-sangka dan akan sedikit saya ceritakan bagaimana Muhammadiyah bergerak dengan yang disebut Islam Berkemajuan.

Satu hari berlalu saya si irit bicara mulai bercuap juga akhirnya. Bagaimana saya bisa bungkam! di TM 3 ini tidak terlalu banyak di suguhkan materi. Tetapi justru setelah materi. kami dikelompokkan dalam kelompok kecil mendiskusikan sebuah isu lalu menghubungkannya dengan materi yang sudah kami terima dan dipresentasikan. Sangat jauh berbeda dengan konsep TM 2 yang materinya bejibun. 

Awalnya, saya kira saya bisa irit bicara sampai akhir kegiatan. Toh saya pikir? pasti tidak jauh beda dengan TM 2 yang sebelum materi ada pre-test, materi, lalu post-test. Ternyata eh ternyata saya gagal untuk irit bicara. 

Apalagi pada dua materi terakhir Analisis Sosial dan Appreciative Inquiry. Dua materi yang lagi-lagi membuat saya sangat beruntung bisa ikut TM 3 ini. Karena dua materi ini diperkuliahan katanya baru bisa didapat oleh mahasiswa di semester atas, tapi saya dan kawan-kawan justru mendapatkannya lebih awal, hihihi, investasi ilmu dan dihitung-hitung curi startlah dari yang lain.

Nah, di dua materi ini keluarlah semua sifat dan kelakuan asli kami semua. Dua materi ini betul-betul menguras banyak energi dan pikiran. Dimana kami setelah menerima materi langsung terjun ke lapangan mempraktikkannya. Bukan proses singkat untuk terjun ke lapangan langsung. Dari sore sampai tengah malam saat Ansos. AI dari sore, malam, tengah malam sambung subuh sampai siang. Sepanjang itu prosesnya gimana tidak keluar semua sifat asli kami, hahhaha. Interaksi dengan saling memahami karakter dan sifat kawan salah satu cara berelasi yang efektif menurut saya, dan TM 3 mewadahi itu. 

Dari semua pengalaman berkesan yang saya dapat! Saya punya satu harapan. Suatu saat nanti di TM 3 selanjutnya atau TM 3 kapanpun dan di mana pun, saya sangat ingin ada kader dari Pimpinan Daerah saya yang juga kelak bisa merasakan betapa berkesannya berkesempatan mengikuti kegiatan ini. Seperti yang saya rasakan di Enam hari yang sangat menggembirakan.

Kalau saya cerita semua takkan muat laman ini. Takkan selesai tujuh hari tujuh malam saya mengocehkan betapa berkesan dan menggembirakannya TM 3 PW IPM Kal-Sel 2021. Semangat menginspirasi!

Posting Komentar

0 Komentar