Merokok Itu Bikin Tenang?

Foto by: Kompasiana.com

Oleh: M. Yazidane Nurul Isa

Mahasiswa S-1 Psikologi Universitas Muhammadiyah Banjarmasin

Perilaku merokok merupakan aktivitas membakar tembakau yang telah dibungkus dengan kertas di ujungnya lalu dihisap dengan mulut dari ujung lainnya. Data dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2014 mencatat terjadi satu kematian di dunia setiap enam detik akibat dari asap rokok. Hal ini tentu angka yang fantastis. Mari kita bayangkan, setiap enam detik terjadi satu kematian dan setiap satu menit terjadi setidaknya sepuluh kematian di dunia akibat dari rokok. Lalu dalam waktu kurang lebih satu jam, rokok telah mengakibatkan manusia yang setara dengan penduduk satu desa. Mari kita bicara lebih dalam tentang rokok dan efeknya bagi manusia yang menjadi perokok aktif?.

Rokok tak ubahnya seperti benda terkutuk yang menjalin kontrak darah dengan manusia. Rokok menjanjikan ketenangan tapi juga memberikan kematian. Tapi benarkah rokok dapat memberikan ketenangan? Penelitian yang dilakukan oleh Riauan & Sari (2018) menemukan fakta bahwa zat nikotin yang terkandung dalam rokok memang bisa memberikan efek relaksasi instant. Tetapi efek relaksasi yang diberikan ternyata tidaklah besar dan kadang malah tidak terasa. Nyatanya keyakinan diri perokok yang percaya bahwa rokok dapat menenangkan lah yang dapat memberikan rasa tenang ketika menghisap rokok. Dibanding tenang, ternyata rokok menyimpan berbagai senjata pembunuh didalam satu batang yang hanya seukuran jari telunjuk itu. Rokok mengandung 7000 bahan kimia, ratusan zat beracun, dan 70 zat yang dapat memicu kanker (Etrawati, 2014). Mungkin rokok berkata seperti ini kepada pengisapnya “sensasi tenang memang akan didapatkan tapi kematian juga telah ku janjikan”.

Penelitian yang dilakukan tim riset CNBC Indonesia menemukan fakta yang bombastis. Perokok aktif di Indonesia dari rentang usia 16 – 30 tahun berjumlah 65,82 juta jiwa dengan remaja berusia 16 – 18 tahun berjumlah 5,3 juta remaja pada tahun 2022. Rata-rata dari mereka tahu akan bahayanya merokok tetapi memilih untuk tidak peduli terhadap bahayanya bagi kesehatan. Kok bisa? Tentu saja hal ini bisa terjadi. Penelitian dari Sutha (2016) menemukan fakta bahwa remaja yang merokok sebagian besar mengetahui bahayanya bagi kesehatan tetapi memilih untuk tidak peduli dikarenakan orang terdekat mereka seperti orang tua, kakak, paman, atau tokoh panutannya juga merokok. Remaja yang berusia diantara 13 – 19 tahun memang memiliki karakteristik kepo-an. Berdasarkan teori psikologi, remaja berada ditahap peralihan antara anak-anak menuju dewasa. Masa peralihan ini membuat daya eksplor dan keingintahuan remaja sangat tinggi pada hal baru. Mereka akan melakukan apa saja untuk menjawab rasa  keingintahuan mereka termasuk pada rasa rokok. Awalnya coba-coba tapi akhirnya jadi suka, malahan bisa jadi cinta, begitulah kira-kira.

Remaja cenderung melakukan konformitas. Konformitas adalah perilaku untuk menyesuaikan diri dengan kelompok agar bisa diterima dan diakui. Diananda (2018) mengungkapkan remaja lebih mendengarkan perkataan teman sebayanya dibandingkan orang tuanya. Kalau temannya bilang merokok ya kebanyakan remaja memilih untuk ikut-ikutan merokok. Fomo lah mungkin bahasa kerennya sekarang. Remaja dengan konsep diri yang rendah dapat dengan mudah ter-influence dan mengikuti perilaku temannya yang buruk. Lalu itu salah mereka memutuskan untuk menjadi perokok? Ya engga lah. Kita sebagai orang dewasa biasanya menyalahkan anak-anak muda karena melakukan aktivitas yang menyimpang dari norma yang dianut. Tapi sudahkah kita memberikan lingkungan yang baik bagi mereka? Sudahkah kita memberikan contoh yang baik bagi mereka? Ingat ya, anak-anak dan remaja itu memiliki satu metode peniruan yang efektif bernama modelling. Ketika anak-anak dan remaja melihat orang yang dianggapnya sebagai panutan (seperti ayah, kakak, paman, guru, dsb) melakukan perilaku seperti merokok maka mereka akan menilai perilaku tersebut bukanlah hal yang salah karena dilakukan juga oleh kita. Menurut saya, cara yang paling efektif untuk menghindarkan anak-anak ataupun adik-adik kita dari perilaku merokok adalah dengan cara orang rumah atau orang terdekat dari mereka tidak ada yang merokok. Kalaupun merokok juga jangan sampai dilihat olehnya.

Satu fakta lagi yang cukup mencengangkan. Merokok bagi remaja dapat menyebabkan gangguan psikologis loh. Bukan cuman fisik tetapi mental juga kena akibat rokok. Penelitian dari Kurnia dkk (2020) menyebutkan remaja yang merokok memiliki resiko terkena Gangguan Mental Emosional (GME) lebih tinggi dari remaja non-perokok. Selain itu juga terdapat resiko terkena anxiety disorder atau gangguan kecemasan yang diakibatkan dari kerusakan otak karena mengkonsumsi zat berbahaya yang ada pada rokok. Remaja yang merokok aktif juga beresiko terkena ADHD (Attention Deficit Hiperactivity Disorder) dan juga tidak sedikit yang memiliki keinginan untuk bunuh diri akibat dari menghisap rokok. Penelitian ini fakta dan benar adanya. Ini baru gangguan mental yang dialami penghisap rokok, kalau kerusakan fisiknya sudah pasti tidak asing lagi bagi kita seperti kanker, impotensi, dll. Dibungkus nya juga sudah jelas diperlihatkan, masa tidak ada yang tahu?.

Jadi teman-teman sekalian! masih mau menenangkan pikiran dengan menghisap rokok? Masih banyak cara lain untuk menenangkan pikiran yang tentunya lebih sehat bagi fisik dan mental. Contohnya adalah berolahraga, jalan-jalan, atau membaca buku yang mampu menghilang stres serta penat. Beda halnya dengan main mobile legend? Karena itu bukan pelepas stress tapi penambah stress.

Editor: Muhammad Samdani


Posting Komentar

0 Komentar