Pantaskah Sekarang Kalimantan Disebut Paru-Paru Dunia

                Gambar by: Info Kubar "Fecebook"

Oleh: Khairul Azmir

Ketua Bidang Lingkungan Hidup PW IPM Kalimantan Selatan 

Kalimantan paru-paru dunia?

Mungkin kita kerap mendengar istilah Kalimantan paru-parunya dunia. Istilah ini pasti ada bukan tanpa alasan, pasalnya pulau Kalimantan memiliki luas yang sangat besar bahkan salah satu pulau terluas di Indonesia yang memiliki luas hutan hijau sekitar 60-70% dari luas pulau Kalimantan, tapi nyatanya apakah Kalimantan sekarang masih menjadi paru-paru dunia dengan luas hutan sebesar itu?

Aku yang dari kecil hingga berumur 20 tahun tinggal dan menetap di Kalimantan. 20 tahun bukan waktu yang singkat tetapi waktu yang sangat singkat untuk menyaksikan perubahan lingkungan yang ada di Kalimatan khususnya Kalimantan Selatan. Anak yang tinggal di pinggiran pulau kalimantan ini, otomatis mengatahui perubahan yang terjadi. Baik itu positif maupun negatif. 

Pasalnya di Kalimantan dalam beberapa tahun terakhir memiliki masalah lingkungan yang sangat kompleks, itu disebabkan oleh alam atau manusia itu  sendiri. Di bagian selatan khususnya sekarang sudah banyak terdapat lokasi tambang yang terus beroperasi. Tepatnya di Sungai Danau Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan, terdapat galian tambang yang sangat berdekatan dengan permukiman warga setempat hingga jalan nasional. Hal ini menyebabkan longsor yang terjadi selama beberapa tahap, tahap pertama hanya menghilangkan sebagian halaman belakang warga yang bermukim di dekat lokasi tambang tersebut, makin ke sini skala longsor akibat lubang tambang semakin besar bahkan sampai mengambrukkan jalan nasional yang menghubungkan antar provinsi sehingga membuat terhambatnya akses transportasi dan menyebabkan sebagian orang kesusahan. pasalnya hanya jalan itu yang menyambungkan kabupaten Tanah Bumbu ke ibukota provinsi Banjarbaru. Itu hanya sebagian kecil yang diakibatkan dari aktivitas pertambangan. 

Dulu pohon-pohon masih rindang berdiri di sepanjang jalan, dengan udara yang terasa sama seperti pagi, dan tak jarang seperti tempat yang tidak berpenghuni. Akan tetapi selama setahun terakhir banyak terjadi perubahan, dari pohon-pohon yang ditumbangkan satu-persatu, gedung pencakar langit mulai meninggi, dan hutan lebat yang dibabat habis guna lahannya dialih pusingkan menjadi industri. Mulai pertambangan, perkebunan sawit, hingga pembangunan area permukiman. 

Bukan tanpa alasan, inilah faktor utama penyebab banjir besar di kalsel bahkan menjadi banjir terlama di provinsi ini, hampir semua daerah di kalsel terendam dengan durasi waktu kurang lebih satu bulan, siapa yang disalahkan? Tanah yang kurang meresap dengan air, hujan yang terus berkepanjangan, atau tuhan yang sedang menguji. 

Ini masih sedikit, kekayaan laut yang dulunya melimpah sekarang mulai berkurang. Ada di setiap musim dulu sewaktu kecil berbagai kekayaan laut yang tergeletak di pinggir pantai, namun sekarang semua itu sudah lenyap hanya kerikil batu bara jatuhan dari tongkang dan sampah-sampah dari orang yang tidak bertanggung jawab yang saya jumpai. Jangankan kekayaannya airnya saja sudah tidak sebiru dulu.

Kalimantan itu paru-paru dunia mungkin benar jika kita melihat pulau kalimantan di tahun 90an, sekarang bagaimana? hutan yang kian menipis akibat banyaknya pembangunan besar-besaran tanpa melihat konsekuensi apa yang akan terjadi ke depan. ditambah lagi ibu kota yang di pindahkan ke pulau Kalimantan yang masih menjadi polemik di negeri ini.

Peran pemerintah sangat diperlukan untuk mengatur segala kebijakan tentang penggunaan lahan dan peruntukkannya, jangan sampai pemerintah sendiri yang melakukan semuanya itu.

Mereka yang terus menggali tak banyak yang menutupnya kembali. Untuk Kalimantan yang katanya paru paru dunia.

Editor Writing: Muhammad Samdani 

Posting Komentar

0 Komentar