Foto by: Better Up
Oleh: Syamsir Alam
Mahasiswa S-1 Psikologi Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
Generasi Z adalah generasi yang dilahirkan dalam rentang waktu 1995-2010. Mereka adalah generasi yang sekarang terpapar oleh teknologi dan juga punya tuntutan untuk beradaptasi terhadapnya. Multitasking sudah biasa bagi generasi Z untuk menghadapi teknologi yang semakin berkembang. Akibatnya, mereka cenderung punya attention span yang pendek, dikarenakan penggunaan teknologi.
Beberapa dari mereka mungkin bagus dalam hal multitasking, tapi otak manusia cenderung punya batas(limit) kemampuannya. Perubahan ini yang menurut, neuropsikiater di Harvard Medical School disebut dengan “Acquired Attention Deficit Disoreder”, ini adalah sebuah istilah untuk menjelaskan bagaimana perubahan otak generasi Z terhadap penggunaan teknologi.
Sebagai Contoh, Rata-rata attention span pelajar di dalam kelas adalah berkisar di 7-10 menit. Sedangkan di dalam kelas online atau daring, rata-rata attention span hanya 8 detik. Hampir sama dengan gold fish. Sungguh mengejutkan, tapi begitulah dampak dari multitasking-nya generasi Z.
Lalu, apa dampaknya terhadap kehidupan sehari-hari mereka?. Generasi Z sekarang cenderung mudah bosan dengan suatu hal, sulit mempelajari sesuatu, sulit untuk mempertahankan suatu kegiatan, dan langsung lupa kegiatan tersebut dengan mudahnya. Mereka lebih menikmati kegiatan yang membutuhkan waktu singkat atau simpel. Jadi, bisa ditarik kesimpulan bahwasanya generasi Z sulit melakukan kegiatan yang memerlukan Attention span jangka panjang seperti contohnya, membaca buku.
Solusi dari hal ini adalah penghindaran multitasking, seperti tidak menggunakan gawai saat makan, sebelum tidur, dan mulailah membiasakan diri akan hal-hal yang memerlukan attention span panjang, seperti membaca buku.
Editor: Muhammad Samdani
0 Komentar